Manajemen Pendidikan Berwawasan Madaniyah

Oleh Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I

Kepemimpinan di sekolah/madrasah tidak ada artinya manakala tidak didukung dengan komitmen dan kerja keras seluruh warga sekolah/madrasah untuk saling memperkuat (reinforced) satu sama lain. Sebab dengan adanya sikap seperti itu, segala persoalan dan dinamika yang muncul dalam pengelolaan sekolah/madrasah akan dapat dipecahkan dengan cepat dan terukur.

Penguatan partisipasi warga sekolah/madrasah dalam mengelola lembaga pendidikan memang sangat dahsyat. Merekalah sebenarnya inti kekuatan yang menggerakkan kemajuan dan perubahan sekolah/madrasah. Dari pikiran dan kerja keras merekalah, satu sama lain memiliki ide dan aktualisasi yang saling memperkaya (enriched) ide, pemikiran dan tindakan untuk maju dan berprestasi.

Ali bin Abi Thalib pernah menegaskan bahwa Kebenaran yang tidak teroganisir akan terkalahkan oleh kebatilan yang terorganisir. Hal ini menegaskan bahwa meski niatan untuk memajukan lembaga pendidikan Islam didasari oleh semangat ruhul jihad yang sangat mulia, namun apabila dalam imlementasinya dilaksanakan dengan kaidah ilmu manajemen pendidikan yang terukur, akan terkalahkan dengan lembaga pendidikan lainnya meski lembaga pendidikan tersebut dalam melaksanakan tindakan manajerialnya tidak dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan.

Dengan demikian, dalam mengelola lembaga pendidikan Islam nampaknya dibutuhkan semangat dan aktualisasi untuk memadukan nilai-nilai agama Islam dengan ilmu manajemen demi menciptakan sistem kelembagaan pendidikan yang berperadaban (madaniyah). Hal tersebut tidak hanya sebagai bagian dari menunjukkan identitas bahwa Islam tidak sekedar sebuah agama yang berkutat kepada ranah ritual peribadatan, namun juga hadir dan dekat di masyarakat untuk menyelesaikan problem –problem yang dihadapinya.

Sistem manajemen pendidikan berwawasan madaniyah memiliki misi agar semua stakeholders pendidikan yang terlibat menjadi khairul ummah. Itu artinya dalam mengelola lembaga pendidikan, misi utamanya adalah memberikan pencerahan bagi semua pihak yang terkait, baik itu peserta didik, guru, masyarakat, bahkan dituntut pula untuk memberikan kontribusi kepada agama dan bangsa.

Bermodalkan kesatuan khairul ummah sebagai landasan etis menerapkan manajemen pendidikan Islam, maka membangun kebersamaan dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam adalah sebuah keniscayaan. Disamping hal tersebut akan memupuk kekeluargaan  (brotherhood) antar umat muslim namun juga diharapkan memunculkan kreativitas (stimulate the creativity). Sebagai salah satu cara dalam membesarkan lembaga pendidikan Islam, sinergisitas semua personel menjadi kemestian, yang apabila disatupadukan menjadi kekuatan dahsyat. Apabila setiap pengelola memiliki pikiran-pikiran cerdas nan kreatif, bisa dibayangkan bagaimana potensi besar lembaga pendidikan Islam itu untuk berkembang. Apalagi keberadaan lembaga pendidikan Islam yang di Indonesia menjadi salah satu kekuatan besar, maka memberdayakan setiap stakeholders pendidikan dalam memunculkan ide-ide kreatifitas baik dari banyaknya jumlahnya maupun kualitas pikiran-pikiran kreatifitas itu dapat menjadi instrumen dalam memenangkan persaingan dengan lembaga pendidikan lainnya.

Oleh karena itu, dalam setiap karakteristik lembaga pendidikan Islam yang maju, selaku melekat ciri berikut: kebersamaan (satu visi, satu misi dan satu tekad), kreatifitas yang berkelanjutan dan menjunjung tinggi nilai-nilai madaniyah dan khairul Ummah sebagai landasan etis keorganisasiaan.

Scroll to Top