A. PENDAHULUAN
Membahas masalah sabar lebih dahulu harus memahami apa cobaan itu. Cobaan dapat menimpa seseorang,sekelompok masyarakat bahkan suatu negara.
Indonesia tumpah darah kita yag tercinta ini sering kali mengalami bencana alam. Satu contoh yang terdekat dan baru terjadi, misalnya satu hari menjelang puasa kemarin. Kita menyaksikan berita di televisi yang menayangkan peristiwa yang amat memilukan yaitu, terjadinya bencana alam gempa bumi di belahan sumatera (Bengkulu, Padang, dan Jambi). Kejadian tersebut masih berlanjut dengan gempa-gempa susulan dan gejala akan terjadinya tsunami. Peristiwa-peristiwa tersebut mengakibatkan saudara-saudara kita kehilangan anggota kelurga yang tercinta, kehilangan tempat tinggal, kehilangan harta benda dan kehilangan alat dan sumber penghasilan. Ekonomi terasa sulit dan setidaknya menyempit. Alangkah ibanya hati mereka.
Sebagai seseorang muslim wajar apabila mempertanyakan sikap apa yang harus kita ambil? Jawaban yang paling mudah adalah sabar. Berpijak pada fakta tersebut diatas, maka akan dibahas antara lain: Kedudukan cobaan, bagaimana memahami kesabaran menurut pandangan Islam dan keutamaannya kita mengamalkan sabar.
B. KEDUDUKAN COBAAN
Cobaan merupakan sunatullah,yang ditimpakan kepada setiap orang. Perhatikan Firman Allah surat al-baqarah ayat 115 yang artinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan”.
Untuk memperjelas ketetapan ayat tersebut perhatikan fenomena cobaan yang sering terjadi ditengah masyarakat Indonesia antara lain:
1. Cobaan dalam rumah tangga
Suami yang selingkuh, istri yang selingkuh, tidak ada saling pengertian dan keharmonisan antara suami dan istri, tidak adanya ketentraman kita dalam berumah tangga, anak yang belum mau shalat dan puasa, anak yang durhaka, usaha yang gagal, ekonomi yang sulit dan kembang kempis, suami atau istri tercinta meninggal, anak sakit, dan sebagainya.
Semua kondisi di atas dapat membuat insan manusia menjadi panik, pusing, lemah, kurang gairah dan semangat hidup, sedih dan bisa jadi putus asa dan stress.
2. Cobaan dapat menimpa golongan masyarakat yang status sosialnya tinggi.
Harta yang bertumpuk-tumpuk, rumah yang bertingkat, mobil mewah yang berkilat, pangkat, jabatan dan posisi yang tinggi dan sebagainya, semua itu adalah kenikmatan duniawi yang sangat menggiurkan hati.
Saat anak manusia mendapatkan nikmat dari Allah SWT, ketika itu pula ia diuji oleh-Nya. Apakah dia mampu menggunakan nikmat tersebut untuk hal-hal yang diridloi Allah atau malah sebaliknya ia terlena, lupa daratan, tenggelam dalam menikmati kenikmatan dunia sehingga lupa kepada sang pemberi nikmat yaitu Allah. Harta benda yang bertumpuk itu sangat dibutuhkan dalam hidup ini, tetapi pada harta benda yang kita miliki itu terselip tipu daya yang besar. Kebanyakan manusia selamat ketika ia ditimpa dengan kesusahan, tapi seringkali salah jalan ketika ditimpa dengan kemewahan. Gaya hidup seseorang muslim sejati adalah sederhana, rendah hati, taqwa. Seringkali gaya hidup tersebut akan berobah menjadi serakah, rakus, tamak, dan kurang agamis manakala kita sudah menjadi orang kaya, mempunyai harta yang banyak, pangkat yang tinggi dan sebagainya.
3. Cobaan dapat menimpa para ilmuwan
Penghuni rutan Salemba misalnya, atau di kota besar lainnya. Narapidananya bukan saja karena kasus pencurian, penipuan, pembunuhan biasanya mereka berpendidikan rendah.
Kini penghuni rutan banyak yang bergelar S, master, doktor bahkan yang bertitel Profesor. Bagaimana bisa terjadi? Setelah yang bersangkutan menduduki jabatan kepala daerah misalnya. Apakah tingkat dua, tingkat satu pejabat eselon dua atau pejabat eselon satu, bahkan menteri, mereka semua lupa daratan.
Siapa yang menderita? Bukan saja dirinya dan keluarganya, tapi masyarakat luas bahkan negara secara nasional.
C. SABAR MERUPAKAN JAWABAN UNTUK MENGATASI COBAAN
1. Mari kita perhatikan firman Allah Surat Al-Baqarah 155-157 yang artinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (155); Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.(156); Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157)”
Dalam hal ini nabi Muhammad saw bersabda yang artinya: “Sesungguhnya hadiah yang paling besar juga merupakan bala yang besar, dan sesungguhnya Allah Taala jika mencintai suatu kaum maka ia akan mengujinya, maka batang siapa yang ridlo (atas ujian tersebut) maka ia akan memperoleh keridhoan (Allah), dan barang siapa marah (atas ujian tersebut) maka ia akan memperoleh kemurkaan (Allah)”.
2. Sabar merupakan sumber pahala Allah yang tidak terbatas. Firman Allah Al-quran surat Az-Zummar ayat 10 yang artinya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya Hanya orang-orang yang Bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Azzumar:10)
Kenapa suka dan duka, musibah gempa bumi, ujian dan cobaan ini diciptakan dan ditimpakan kepada kita umat manusia? Tidak lain adalah agar dapat diketahui siapa di antara hamba-Nya yang mampu menghadapi cobaan tersebut, yang tetap berjihad dan tetap sabar. Dan dengan ujian tersebut dapat diketahui mana hamba Allah yang beriman dan yang tidak. Oleh karena itu, ketika cobaan mendera, musibah datang beruntun, maka sabarlah, tawakkal dan berserah dirilah kepada Allah semata. Nilai kesabaran ini harus kita hidupkan dalam diri kita sehingga ia menjadi cahaya bagi kita sebagai kaum muslim, yang bisa menjaga kita dari keputusasaan. Hal ini karena sabar merupakan ruh iman dan ladang pahala bagi orang yang berketetapan hati pada saat ditimpa cobaan. Dan sabar itu harus senantiasa ada pada diri kita baik ketika susah ataupun gembira.
D. PENGERTIAN SABAR DAN KEGUNAANNYA
Apa sih sebenarnya sabar itu………? Dalam kitab “Minhalul mu’minin wa mawridul khutaba” Mahmud Ahmad Barsyah menjelaskan bahwa sabar adalah kemampuan mengatasi dan mengendalikan diri untuk tetap dalam iman dan islam serta tidak putus asa ketika ditimpa ujian dan cobaan, seperti; kesusahan, kesakitan, kelelahan, dan kepedihan, kemalaratan, kemiskinan dan kelaparan.
Kemudian, sabar juga dapat diartikan dengan kemampuan menahan diri dari tipu daya dunia dan pengaruh emosi yang kurang baik, seperti; kekhawatiran, kejenuhan, tergesa-gesa, ceroboh, pemarah, sombong, kikir serta keserakahan hawa nafsu dan syahwat lainnya.
Berangkat dari pengertian sabar di atas, mari kita lihat contoh kapan dan di mana ilmu sabar itu kita perlukan dan kita butuhkan dalam hidup ini.
Macam-macam sabar:
Setidaknya ada tiga tiga macam sabar yang harus kita miliki: 1) Sabar dalam ketaatan; 2) Sabar dalam menghindari diri dari maksiat, dan; 3) Sabar dalam menghadapi musibah. Mari kita bahas satu persatu.
Yang pertama adalah sabar dalam ketaatan. Sesungguhnya melaksanakan kewajiban agama bagi seorang muslim dan tetap istiqamah dalam melaksanakannya itu sangat berat. Hal ini membutuhkan jerih payah dan pertolongan dan kesabaran yang kuat dan kokoh dan kebiasaan. Sholat misalnya, wajib dilakukan dengan berulang-ulang. Apabila sudah dilakukan secara rutin insyaAllah menjadi ringan. Begitu pula sebaliknya dengan ibadah-ibadah lainnya, seperti; puasa, sadaqah dll.
Bagaimana sabar yang harud dimiliki mereka yang belajar ilmu dan bagi para ilmuwan?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut marilah kita perhatikan contoh ilustrasi ini: Suatu ketika di dalam sebuah rumah terdengar suara seorang ibu…. kurang lebih demikian…… Subhanallah…. Masya Allah…. Ahmad…. mengapa sikapmu demikian…. kemarin sore soal kuemu dihabiskan adikmu….engkau pukul….kini kamu dimintai tolong membantu mengerjakan pekerjaan rumah dari gurunya engkau marahi…dibentak-bentak….yang akhirnya dia menangis. Apa bedanya engkau yang sudah berpendidikan SLTA, sedangkan adikmu masih kelas dua SD kalau sikapmu seperti itu.
Berpijak dari gambaran tersebut teringat pendapat beberapa cendekiawan pendidikan maupun mutashawwifin, ciri-ciri seseorang yang telah belajar suatu ilmu atau ilmuwan memiliki tahapan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sebelum belajar tidak mengetahui tentang ilmu; setelah belajar ia menjadi tahu.
2. Setelah memiliki ilmu terjadilah perubahan sikap/akhlaq dalam dirinya.
3. merasa gelisah kalau tidak mengamalkan ilmunya atau dapat menyampaikan kepada orang lain.
4. Dalam mengamalkan ilmunya selalu berpijak pada prinsip ikhlas dan mohon ridha Allah.
Yang kedua adalah bersabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Sabar merupakan tiang penyangga dalam menghadapi kemaksiatan dan hal-hal yang dibenci Allah. Tidak ada yang mampu menghadapi godaan untuk mengerjakan maksiat kecuali orang-orang yang sabar. Sabar disini merupakan bekas/buah dari keyakinan terhadap apa yang diridloi Allah, yang menjadi ruh penjaga bagi orang mukmin terhadap kemadlaratan dunia dan bahayanya perbuatan buruk.
Yang ketiga adalah sabar dalam menghadapi bala dan bencana. Artinya apapun yang ditimpakan kepada kita, kita harus bersabar. Karena segala Sesuatu itu ada hikmahnya. Kekayaan itu tidak akan ada tanpa miskin terlebih dahulu. Begitu sebaliknya dan seterusnya.
E. PENUTUP
Keutamaan Sabar
Dari beberapa macam bentuk kesabaran, maka sabar yang paling baik adalah sabar yang menjadi tanda kuatnya iman; sabar mampu mengantarkan pemiliknnya ridha atas qadla’ Allah; kuatnya berserah diri kepada-Nya, dan ridlanya pada segala apa yang dikehendaki Allah baik yang manis maupun yang pahit.
Dengan berbekal nilai sabar dan ridla manusia akan mampu mengendalikan diri di saat tertimpa musibah, sebab sabar dan ridla mendorong manusia untuk tetap berserah diri secara total kepada Allah SWT sehingga mampu menanggung musibah dan cobaan dari-Nya. Kesabaran yang seperti ini akan menghasilkan kedamaian dan ketenangan di hati, tidak ada duka dalam hidup ini.
Sabar dapat memainkan perannya untuk memanfaatkan nikmat yang yang diberikan oleh Allah tersebut dengan baik, maka ia akan mendapatkan ridla dan rahmat dari Allah SWT. Sabar pada tahap ini adalah adanya konsistensi iman dan emosi kita baik ketika dalam kemiskinan dan kaya, kesusahan dan senantiasa hidup sederhana, taat dan penuh syukur kepada Allah.
*) Kasubag Administrasi PPs UIN Maliki Malang dan Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang