Mendidik Kesadaran

Dari berbagai penelitian 88 % yang mengendalikan hidup kita adalah pikiran bawah sadar, sisanya adalah pikiran sadar. Baik buruknya seseorang adalah pengaruh dari alam bawah sadar, penjahat manapun, koruptor dimanapun jika ditanya secara sadar tentang apa yang telah dilakukannya pastinya mereka akan menjawab bahwa apa yang dilakukan meraka itu tidaklah benar, tetapi mengapa mereka masih melakukannya? Perkosaan bapak terhadap anak kandungnya, pembunuhan sesama saudara, kekerasan ditengah masyarakat dan lain sebagainya, itu hasil dari sumbangan pikiran bawah sadar. Bagaimana cara kita mendidik pikiran bawah sadar ini?
Otak (Pikiran) Sadar dan Bawah Sadar
Manusia mempunyai dua macam bentuk pikiran yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar berfungsi mengidentifikasi informasi, membandingkan dengan data yang sudah ada dalam memori, menganalisa data dan memutuskan data baru akan disimpan, dibuang atau diabaikan sementara.
Pikiran bawah sadar yang kapasitasnya jauh lebih besar dari pikiran sadar mempunyai fungsi yang jauh lebih komplek. Semua fungsi organ tubuh kita diatur cara kerjanya dari pikiran bawah sadar. Nilai-nilai yang kita pegang, sistem kepercayaan dan keyakinan terhadap segala sesuatu dan memori jangka panjang kita juga terdapat dalam pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak memerlukan mata, telinga atau panca indera, tetapi ia bekerja dengan menggunakan mata batin atau disebut imajinasi. Pikiran bawah sadar bekerja mirip sebuah memori komputer. Ia menyimpan informasi yang pernah kita lihat, dengar, dan rasakan secara permanent.
Fenomena Ke(tidak)sadaran
Pikiran bawah sadar tidak bisa memberikan gambaran atas kata sifat atau perintah seperti kata “jangan”. Ia hanya bisa mengimajinasikan kata benda atau kata kerja. Mengapa ketika kepada anak kecil dibawah umur 5 tahun. Ketika dikatakan kepadanya “jangan lari” dia akan lari”. “Jangan nakal” dia akan nakal. Mengapa? Karena otak bawah sadar dan imajinasinya tidak bisa menggambarkan kata “tidak” atau “jangan”. Ketika anda mengatakan “jangan lari” yang ia lihat adalah gambar orang berlari bukan orang berhenti berlari. “jangan” adalah kata abstrak.
Hal ini tidak saja terjadi pada anak kecil, tetapi juga orang dewasa. Ketika larangan “jangan atau dilarang merokok” seringkali hal itu tidak memberikan hasil. Kenapa? Karena otak bawah sadar tidak mengenal kata “jangan”. Tidak ada gambar yang muncul ketika “jangan”diucapkan. Yang muncul justru gambar rokoknya. Maka orang tetap saja merokok walau dilarang.
Para copy writer, iklan banyak yang memanfaatkan sifat manusia ini, mereka mengatakan jangan dibaca bagian tertentu tetapi pembaca tetap saja membaca. Selain rasa ingin tahu juga karena adanya gambar “(jangan)” baca bagian tertentu itu, “jangan” diberi tanda kurung karena otak bawah sadar tidak memperoleh gambaran atas kata “jangan”. Apakah Anda bisa menggambarkan “jangan” sebagai bentuk?
Di jalan kita banyak menemukan tulisan “jangan merokok”, “say no to drugs”, “jangan ngebut”. Apa yang ada di imajinasi Anda? “merokok”, “drug”, dan “ngebut”. Jadi, orang bukannya berhenti merokok, ngedrugs, atau ngebut tetapi malah melakukannya. Kasus dukun tiban Ponari dari Jombang, sudah dilarang, ditutup malah orang banyak mendatanginya, ingin membuktikan, kenyakinan mistis dari dukun, cerita yang dengar maupun dilihat telah menutup pikiran sadar masyarakat kita.
Pikiran bawah sadar lebih peka terhadap gambar, jika gambar iklan rokok dipasang cowok yang ganteng dan gagah, maka pikiran bawah sadar kita akan mengikutinya, sebaiknya larangan merokok diganti dengan gambar-gambar pasien rokok, iklan narkoba ditampilkan korban akibat narkoba, atau gambar korban kecelakaan akibat kebut-kebutan.
Sebaiknya kita juga mencari kata-kata yang bersifat positif dan tegas dalam mendidik anak, misalnya jangan katakan kepada anak “jangan boros”, tetapi “ berhematlah, “jangan nakal” tetapi “berbuat baiklah, “jangan berdusta”, tetapi “ jujurlah”.
Otak bawah sadar berfungsi sebagai pengendali kebiasaan dan tempat imajinasi, ingat kasus anak memenggal temannya sendiri gara-gara seringnya menonton film “hakim Bao” yang menghukum dengan memenggal, ingat smack down yang memakan korban anak usia SD, ingat juga seorang kakek yang tega memerkosa cucunya sendiri, atau seorang paman tega memerkosa keponakannya lantaran seringnya nonton film porno, Ingat kekerasan dikalangan pelajar, adanya Gang perempuan, aksi demo anarkis yang memicu aksi berikutnya untuk anarkis, hal ini sumbangsih dari referensi kekerasan yang selama ini mereka lihat.
Film/sinetron yang menampilkan perselingkuhan, hamil diluar nikah, aborsi, pacaran yang berlebihan, rebutan warisan, berorientasi uang dan sebagainya, hal ini telah mengganggu perkembangan kepribadian dan sangat berbahaya untuk dikonsumsi. Semakin banyak masyarakat melihat gambar kekerasan semakin mudah juga orang melakukan kekerasan, lihat saja berita di TV atau Koran sepertinya makin lama makin banyak kasus kekekasan, pembunuhan, perkosaan termasuk mistis.
Kesemuanya itu jika terus menerus masuk ke memori otak, maka lambat laun peristiwa itu dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan mungkin bisa jadi benar dan ingin menirunya, dalam hal ini yang bekerja adalah otak (pikiran) bawah sadar, bukan otak (pikiran) sadar, jika pikiran sadar yang bekerja, maka pelaku akan mempertimbangkan konsekuensi dari apa yang akan dan telah dilakukan. Baik dan buruk, benar atau tidak itu hasil kerja dari pikiran sadar, sedangkan pikiran bawah sadar tidak mengenalnya.
Tugas kita bersama untuk menjaga kemurnian kasadaran. Pastikan generasi penerus kita tumbuh tanpa mengenal referensi hidup yang negatif (kekerasan, korupsi, perkosaan, perselingkuhan dll), tetapi mereka mengenal referensi yang positif ( kasih sayang, rukun, kerjasama, saling menghormati, harmonis, humanis, disiplin, bertanggungjawab, prestasi dll). Moga tulisan ini mampu menyadarkan kita semua…amin.

Tinggalkan Komentar

id_ID
Scroll to Top