Workshop Kurikulum Program Studi Magister PAI dan Doktor PAI: Kurikulum adaptif sesuai dengan situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan

Bertempat di Gedung C Lantai 3 atau yang sering disebut “Rumah Singgah”, agenda workshop dimulai di pagi hari, tepat pukul 08.00 WIB, selama dua hari penuh, tgl 15- 16 Maret 2022, Program Magister (S-2) dan Doktor (S-3) PAI Interdisipliner memprogramkan kegiatan workshop kurikulum dengan menghadirkan dua nara sumber pakar pendidikan Islam. Hadir pada session pertama dengan pembicara, Prof. Dr. H. Mujamil Qomar, M.Ag dan session kedua Prof. Dr. Hj. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag. 

 

Dalam sambutan ketua panitia dan sekaligus ketua Prodi Doktor PAI, Dr. H. Ahmad Barizi, M.A, pakar filsafat dan tasawuf asli Madura, menjelaskan maksud diselenggarakan workshop kurikulum adalah agar materi atau content kurikulum Magister dan Doktor dapat adaptif sesuai dengan situasi dan perkembangan zaman. Sementara itu, Prof. Dr. Wahidmurni, M.Pd (Direktur Pascasarjana) menegaskan bahwa agenda review dokumen PAI, adalah bisa mencermati visi keilmuan yang manjadi fondasi dasar dalam menyusun dokumen kurikulum. Terlebih saat ini sudah ada SKL dan CPL yang telah ditetapkan oleh Diktis pada tahun 2018. Karena itu, Prof Wahid berharap agar kegiatan ini bisa berkontribusi dalam menyusun dokumen kurikulum selaras dengan standar akreditasi.

Dalam session workshop, Prof Mujamil ketika mengawali paparan menegaskan bahwa saat ini problem yang ada secara keilmuan, tidak bisa dipecahkan satu pendekatan keilmuan. Karena itu beliau mengajukan ilustrasi contoh: persoalan kedokteran bisa didekati dengan pendekatan ilmu psikologi, agama dan sosiologi. Dalam konteks ini, keterlibatan berbagai disiplin ilmu dalam memecahkan masalah tersebut disadari oleh mayoritas seluruh pakar kelimuan di dunia. Kesadaran keilmuan ini perlu dibangun, hal ini utamanya untuk menumbuhkan wacana keilmuan tentang perlu keterlibatan berbagai disiplin ilmu. Keterlibatan disiplin ilmu adalah menggunakan pendekatan lintasdisipliner, antardisipliner, antidispliner, interdisipliner dan seterusnya. Namun diantara pendekatan keillmuan, yang paling diakui dan diterima dalam tataran keilmuan yaitu: pendekatan multidisipliner, interdisipliner dan transdisipliner. Dalam sesi tanya jawab, peserta sangat antisuas, terlibat aktif dalam diskusi terkait pendekatan indisipliner, dalam diskusi utama adalah tantangan integrasi memerlukan biaya dan sumber daya manusia belum siap. Jangan sampai interdisipliner berdampak pada keahlian keilmuan menjadi kering atau kurang mendalam dalam keilmuan utama (core knowledge) yang menjadi karakteristik program studi. 

Sementara itu dalam session kedua, dengan nara sumber Prof. Dr. Hj. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag, memaparkan  materi dengan tema “Kurikulum PAI berbasis KKNI dan Integrasi Sains dan Agama”. Beliau menganjurkan agar rujukan kurikulum mengacu pada UU RI No 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, PP No. 46 Tahun 2019 tentang Pendidikan Tinggi Keagaamn, Perpres RI No 8 tahun 2012 tentang KKNI.  Lebih lanjut aspek-aspek yang diperhatikan dalam redesain kurikulum, hal ini bagaimana PAI menjadi layak jual dan bagaimana memberikan model pembelajaran di era disruptif (Discruptive Innovation). Bagaimana PAI bisa menyesuaikan dengan gaya belajar generasi Gen Alpha, dalam kontek ini konsep integrasi keilmuan menjadi salah satu solusi. Visi dan misi harus selalu direvisi, dalam arti harus melihat rencana strategis, orientasi perguruan tinggi, trend pengajaran dan karakter khas perguruan tinggi.  Milestone (tonggak pencapaian) juga harus sesuai dengan ortaker dan statuta, sebagai kitab suci yang tergambarkan semua. Kurikulum adalah cerminan dari semua aktivitas kampus, yakni merujuk pada visi misi Universitas. Beliau juga menganjurkan dalam pengembangan kurikulum harus mengacu pada siklus kurikulum yakni dimulai dari analisis, desain, development, implementation, evaluation dan continuous improvement. *jamilah

Scroll to Top