Webinar Pendidikan Agama Islam Di Era Digitalisasi

Jumat, 02 Desember 2022, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang melaksanakan Webinar yang bertemakan “Pendidikan Agama Islam di Era Digitalisasi”.  Webinar yang diinisiasi oleh Magister Pendididkan Agama Islam ini dilakukan secara Daring melalui Canal Zoom Meeting yang dihadiri lebih dari 300 Peserta Baik Mahasiswa, Dosen, Praktisi, dan lain-lain. dan juga webinar ini disaksikan secara langsung di lawan youtube Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. https://youtu.be/ZQK3EJrS6dI

Kegiatan Werbinar ini menghadirkan pakar pendidikan sebagai narasumbernya yaitu Prof. Dr. H. Abd, Haris, M.Ag  yang mengusung  topik “Refleksi Filosofis PAI di Era Digitalisasi” dan narasumber kedua yakni Prof. Dr. Hj. Sutiah, M. Pd. dengan topik “Reformulasi Model Pembelajaran PAI di Era Digitalisasi”. Webinar ini bermula dari semangat mahasiswa dalam mengembangkan ilmunya. Harapannya, dengan diadakannya webinar ini, para pemerhati Pendidikan Agama Islam khususnya dapat memperoleh dampak baik setelahnya.

Sambutan dimulai dari ketua panitia yaitu Muhammad Adip Fanani S. Pd kemudian Dr. Esa Nurwahyuni, M.Pd selaku dosen pengampu, Dr. H. Muhammad Asrori selaku Kaprodi MPAI.  Dr. Esa Nurwahyuni, M.Pd atau biasa dipanggil Bu Esa, menyampaikan terkait awal mula munculnya webinar ini sekaligus refleksi dari Prof. Dr. Abdul Haris, M.A, sedangkan Dr. H. Muhammad Asrori atau biasa dipanggil Kyai Asrori, menyampaikan secara garis besar bahwa lingkungan akan mempengaruhi output di suatu lembaga atau instansi. Setelah sambutan, materi pun disampaikan oleh dua pemateri luar biasa sebagaiman telah dijabarkan berikut ini.

Prof. Dr. Abdul Haris, M.A atau biasa disapan Prof Haris, pada awal materi menyampaikan bahwa webinar ini merupakan kreasi yang luar biasa dari mahasiswa. Beliau memberikan apresiasi karena webinar yang dilaksanakan ini terbilang efektif dan efisien. PAI lebih dari apa yang dipandang oleh banyak orang. Harapan dari adanya PAI itu sendiri menghasilkan transformasi dalam jiwa yang antara lain perubahan pada jiwa seseorang. Semua materi yang disampaikan mengarahkan agar manusia berorientasi pada Allah.

Sehingga media yang digunakan pun perlu disesuaikan dengan era dan disesuaikan dengan keadaan saat ini. Sejatinya, PAI itu untuk apa?. Sebagaimana dijelaskan oleh beliau bahwa PAI merupakan alat, gala maupun media sesuai dengan rencana Tuhan yaitu kebaikan. PAI tidak boleh hanya dirasakan sebagai pembelajaran di kelas. Dikarenakan PAI jauh lebih luas dari apa yang dipersepsikan oleh kebanyakan manusia. PAI merupakan satu tatanan yang mengatur dunia menjadi lebih baik selama itu mendorong adanya demokrasi serta pengembangan SDM.  Modal utama untuk melakukan perubahan positif ialah melalui PAI. Apabila PAI dikembangkan untuk hal-hal baik maka akan menempati posisi yang luar biasa. Pada intinya PAI jauh lebih luas dari apa yang kita persepsi oleh kebanyakan orang saat ini.

Terkait materi reformulasi model pembelajaran PAI di era Digitalisasi ini terdapat beberapa hal yang kita peroleh yaitu antara lain bertapa pentingnya topik tersebut sebab pembelajaran PAI selalu berkaitan dengan: Pencapaian hasil belajar dan materi PAI, Interaksi/komunikasi dan Setting lingkungan belajar.

Pada abad ke-21 ini terjadi pula perubahan paradigma belajar yaitu antara lain adanya trend pembelajaran di era digital. Kecakapan hidup abad 21 hingga menghasilkan para generasi digital. Alasan mengapa model pembelajaran PAI perlu di reformulasi di era digitalisasi ini antara lain ialah: Karena pembelajaran itu menyiapkan SDM sesuai eranya, Era digitalisasi dipengaruhi terjadinya revolusi industri 4.0 dan society 5.0 di abad 21 dan generasi abad now, Oleh karenanya pembelajaran PAI harus menyesuaikan dengan tantangan dan tutuntan model pembelajaran di era abad 21 dengan memanfaatkan atau mengembangkan kecanggihan teknologi dengan tetap berdasar pada landasan dan tujuan pendidikan Islam, Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung (joice&wells), Karena itu model pembelajaran dapat dikembangkan dan direformulasi kembali sesuai kondisi, kebutuhan dan tuntutan perkembangan era digital untuk capaian pembelajaran dalam kurikulum dalam menghasilkan sdm indonesia yang berkarkater, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, kritis dan kreatif.

Era digital ini selalu berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Era digital merupakan suatu era/zaman yang sudah mengalami kondisi perkembangan kemajuan dalam ranah kehidupan kearah yang serba digital. Bahkan digitalisasai model pembelajan PAI sudah menjadi trend. Faktanya Indonesia sudah berada pada era 4.0 dan social society 5.0 yang ditandai dengan serba digitalisasi dan otomasi konsewensi logis sehingga terjadilah perubahan, termasuk dalam dunia pendidikan. Kita telah melihat beberapa tren yang muncul dalam pendidikan, termasuk perangkat Internet of Things dan kecerdasan buatan. Teknologi interaktif ini telah memberikan cara yang lebih menarik kepada siswa untuk belajar, dan bahkan berperan dalam membantu pengajar dalam tugas-tugas seperti penilaian.

Beberapa tren keuntungan dalam penggunaan teknologi digital antara lain yaitu, terjadi peningkatan antara siswa dan guru sehingga tercipta kolaborasi yang lebih baik, adanya penggabungan gaya belajar yang berbeda, persimpan untuk masa depan dan terciptanya lingkungan belajar yang menarik. Sedangkan tantangan pendidikan di Indonesia antara lain perlunya kesiapan penerapan pembelajaran digital, budaya belajar dan support sistem.

Salah satu tren terbaru dalam model pembelajaran digital ialah Gamifikasi. Gamification atau Gamifikasi adalah pendekatan pembelajaran menggunakan elemen-elemen di dalam game atau video game dengan tujuan memotivasi para mahasiswa dalam proses pembelajaran dan memaksimalkan perasaan enjoy dan engagement terhadap proses pembelajaran tersebut.

Selain itu beliau pun menyampaikan bahwa terdapat 3 pertanyaan dasar yang perlu diajukan untuk mengukur mutu pembelajaran, yaitu antara lain: Are we doing the right thing? (Apakah yang kita ajarkan atau didikkan kepada peserta didik sudah benar?). Pelajari kurikulum (SKL, Standar Isi), visi, misi, tujuan dan hakekat PAI. Because We are preparing students for the unknown future, using the knowledge we have now (‘Kata Shahabat Ali r.a. “Allimuw auladakum fainnahum makhluquna lizamanin ghairi zamanikum”),Are we doing it right? (Apakah cara kita melakukan pembelajaran sudah benar?). Pelajari standar proses dan standar penilaian yang terus berubah dan berbasis ICT dan Are the right persons doing it? (Apakah pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh orang yang tepat?). Guru yang kompeten di era digital dan memilki keterampilan abad 21, perlu memiliki dedikasi dan komitmen yang tinggi.

Beberapa tantangan pembelajaran PAI di era digitalisasi ini antara lain yaitu multidimensi dan kompleks seperti teknologi, ideologi, sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Tantangan lain adalah profesionalisme, integritas, solidaritas, dan visi. Sehingga terdapat beberapa pengaturan atau setting model pembelajaran PAI di era digital yang terdiri dari Setting pembelajaran adalah dimana situasi dan kondisi belajar dapat dilaksankan dalam ruang dan waktu sehingga terjadi peristiwa belajar, Kapan peristiwa belajar itu dapat terjadi?, Ditinjau dari ruang dan waktu ada 2 peristiwa belajar, yaitu: synchronous learning, artinya pembelajaran yang terikat oleh waktu, ada 2 model yaitu (1) model tatap muka, (2) model tatap maya atau virtual learning dan juga asynchronous learning, pembelajaran yang tidak terikat waktu dan ruang (any time and anywhere). Ada 2 model (1) belajar mandiri , (2) kolaborasi.

 

 

 

Scroll to Top